20

Wow.
Its been a while since my latest post, huhu please bear with me yaa people.
When it comes to writing, gue masih suka maju mundur, dan gak menyempatkan.

How time flies so fast. Tiba-tiba gue udah umur 20 tahun ya? Kerasanya baru lulus SMA.
(Padahal lulus SMA nya udah dua tahun yang lalu).

Talking about being 20. I once read a writing in Twitter, "Once you hit, you'll realized that you are nothing." 
Meskipun, gue masih baru banget umur 20 tahun, tapi buat gue, kata-kata itu ada benarnya, apalagi di masa-masa transisi umur gue 19 ke 20 tahun.

I spent my sleepless nights thinking about, "gue mau jadi apa ya?", "abis gue kuliah ngapain ya?", "bisa berhasil gak ya gue?", "terus kalo gak berhasil gue akan ngapain ya?", "hubungan gue dengan orang-orang di sekitar gue tuh sebenernya baik-baik aja gak sih?" dan lain-lain.

Di masa-masa transisi itu juga, gue banyak membandingkan diri gue dengan orang lain, gak jarang gue ngebatin, "gila, gue gak ada apa-apanya banget deh kalo dibandingin sama orang-orang" karena gue ngerasa, ketika orang-orang udah sampe di level ke-10 di hidupnya, gue ngerasa gue baru ada di level 2. Gue juga ngerasa, pencapain gue gak banyak, kayaknya kalau gue mau ngelamar kerja dan nulis CV, HRD gak akan melihat CV gue sebagai hal yang menarik.

Bahkan, ada loh fase dimana gue ngerasa apapun yang gue lakukan dalam hidup ini gak pernah ada yang berhasil, semuanya gagal. Dalam aspek apapun. Semuanya begitu terus, diikuti dengan pemikiran-pemikiran beserta kekhawatiran-kekhawatiran yang lainnya, yang gue punya mengenai diri gue sendiri. Bahkan gak jarang, those thoughts lead me to tears. I felt like a loser, i felt pathetic, i griefed about my self, a lot. 

Dalam fase transisi dari umur 19 ke 20 gue, gue beruntung karena gue dihadapkan dengan banyak sekali keadaan yang memproses gue. Gue banyak belajar, dan berusaha mengeksplor diri gue sendiri. Gue ketemu sama lebih banyak orang, berusaha belajar hal-hal baru. Gue banyak menekan ego gue juga dalam hubungan (dengan siapapun), belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, dengan orang-orang baru, dan hal-hal lainnya yang gue lakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang gue punya tentang diri gue sendiri.

Senang karena akhirnya ada beberapa yang berhasil gue jawab, walaupun belum sepenuhnya. Bahagia juga karena dalam fase transisi itu gue dikelilingi oleh manusia-manusia yang sangat supportive, yang banyak meyakinkan gue kalau gue bisa melakukan banyak hal. Bersyukur juga karena dengan memiliki pertanyaan-pertanyaan dan pemikiran-pemikiran tersebut, Adhimukya semakin berkembang menjadi manusia yang sesungguhnya.

Akhirnya gue menyimpulkan bahwa hal terbaik yang gue bisa lakukan di saat gue merasa gue adalah manusia terpayah di dunia ini adalah dengan berusaha membuktikan bahwa gue bukan seperti apa yang gue pikirkan. Not to prove that my negative thoughts about myself are wrong, but just to prove that i can really do thing, bigger and better things. 

Agak lucu sih sebenrnya ya? Membuktikan diri sendiri ke diri sendiri. Tapi itulah yang gue rasakan, dan gue rasa dengan menggunakan cara itu, gue berhasil.

Comments

Popular Posts